JAMU AMAN, TUBUH AMAN

     
     Kekayaan tumbuhan Indonesia yang memiliki potensi obat sangat melimpah, berdasarkan laporan mencapai 7500 jenis. Dan beberapa dapat diolah menjadi jamu. Melihat begitu ragamnya merek, kegunaan, dan kualitas jamu, tentunya harus lebih berhati-hati dalam memilih produk jamu. Tahukah Anda? Saat ini banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa jamu ada yang tidak hanya menggunakan bahan alami, tetapi dicampur dengan obat-obatan kimia atau BKO yang berbahaya bagi kesehatan. Tentu, hal ini membuat citra jamu buruk. Bahan kimia obat yang dicampurkan
pada jamu memiliki dosis tidak terukur. Pencampuran BKO yang tidak homogen menyebabkan dosis di kemasan berbeda-beda. Bahan-bahan kimia obat yang sering dicampur ke dalam jamu ialah Sildenafil Sitrat, Natrium Diklofenak, Fenilbutason, Parasetamol, Piroksikam, dan Sibutramin HCL. Salah satu obat-obatan yang sering dipakai untuk campuran jamu adalah obat-obatan golongan NSAID. Obat-obatan golongan NSAID ini sangat ampuh untuk menghilangkan rasa nyeri ditubuh. Jadi jamu yang mengandung obat ini, akan sangat ampuh untuk mengurangi rasa pegel-pegel dan nyeri dibadan.
     Memang, begitu banyak khasiat yang dirasakan, namun banyak yang tidak mengetahui bahwa NSAID mempunyai efek samping yaitu menyebabkan luka pada lambung. Apabila terus-menerus dikonsumsi bisa mengakibatkan lambung menjadi robek dan terjadi peritonitis. Peritonitis adalah keadaan yang berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian.
     Efek apa yang terjadi jika terlanjur mengonsumsi jamu yang mengandung bahan obat kimia?
Nah, apabila terlanjur mengonsumsi jamu dengan BKO, dapat menimbulkan efek samping tidak terkontrol. Bahkan, efek serius seperti kegagalan fungsi organ bisa terjadi. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih jamu yang kita konsumsi, berikut beberapa tips untuk memilih jamu yang aman:
  1. Perhatikan kemasan jamu sebelum dikonsumsi. Pastikan, pada kemasan jamu tersebut tercantum registrasi dari Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan)
  2. Sebelum mengonsumsi produk jamu, sebaiknya perhatikan komposisi, masa berlaku produk, khasiat, dan dosis pemakaian.
  3. Untuk keamanan anda bisa membuat jamu untuk anda konsumsi sendiri, yang jelas dari bahan alami, tanpa pengawet, tanpa tambahan bahan kimia dan bersih.
  4. Agar terjamin aman, belilah jamu dalam bentuk simplisia (akar, batang, daun, bunga, atau buah kering).
Bagaimana cara mengolah jamu dalam bentuk simplisia?

Berikut cara merebus ramuan yang berasal dari simplisia:
     Merebus ramuan jamu yang berasal dari simplisia (bahan dari tanaman berkhasiat obat yang belum tercampur, belum diolah, namun sudah dalam keadaan bersih) dapat berasal dari bahan segar atau yang telah dikeringkan.
     Bahan segar yang akan direbus, harus dicuci bersih terlebih dahulu. Lalu, bila bahannya berukuran besar atau tebal seperti daun yang lebar, rimpang, kulit kayu, atau batang, dapat dipotong tipis seperlunya.
     Perebusan dilakukan dalam pot tanah/keramik/panci email. Pot keramik (ceramic clay pot) dapat dibeli di toko tradisional. Jangan merebus jamu dengan menggunakan panci dari bahan besi, aluminium atau kuningan. Mengapa? karena dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya racun (toksik) atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat. Gunakan air bersih untuk merebus, sebaiknya air murni kecuali kecuali bila ditentukan lain. Bahan obat dimasukkan ke dalam pot tanah, masukkan air sampai bahan obat terendam seluruhnya dan permukaan air berada 30 mm di atasnya. Perebusan dimulai bila air telah meresap ke dalam bahan ramuan obat. Rebus dengan api yang sesuai.
     Ada cara perebusan yang sedikit berbeda dari cara yang diatas, sebab adanya bahan-bahan yang memerlukan perlakuan khusus, seperti:
     Direbus terlebih dahulu
     Dilakukan bila ada bahan obat yang berukuran besar atau keras dan sukar diekstrak, seperti kulit kerang atau mineral. Bahan tersebut dihancurkan dan direbus terlebih dahulu kira-kira 10 menit sebelum bahan obat lainnya dimasukkan.
     Direbus paling akhir
     Dilakukan bila ada bahan obat yang mudah menguap atau bahan aktifnya mudah terurai. Misalnya peppermint, akar costus atau bahan pewangi. Bahan tersebut dimasukkan terakhir, kira-kira 4-5 menit menjelang rebusan obat siap diangkat.
     Direbus dalam bungkusan
     Beberapa bahan obat seperti biji daun sendok (Plantain seed) dan bunga inula (Inula flower) harus dibungkus terlebih dahulu dengan kain sebelum direbus. Jika tidak, akan menimbulkan kekeruhan dan menghasilkan bahan yang dapat menimbulkan iritasi pada tenggorok.
     Dididihkan perlahan-lahan atau direbus terpisah
     Perebusan cara ini dilakukan dengan maksud untuk menghindarkan kerusakan zat berkhasiat atau terserapnya zat berkhasiat bila direbus bersama bahan lain. Contohnya ginseng. Irislah bahan ini tipis-tipis, kemudian direbus terpisah dalam pot tertutup dengan api kecil selama 2-3 jam.
     Dilarutkan melalui penyeduhan
     Ada beberapa macam bahan obat atau jamu yang lengket, kental atau mudah terurai bila direbus terlalu lama dengan bahan obat lainnya atau mudah melekat di dinding pot/bahan obat lain, sehingga pengeluaran bahan aktif obat lain terhambat. Contohnya gelatin kulit keledai (donkey hide gelatin) dan malt sugar. Bahan yang seperti ini tidak direbus bersama bahan lain. Masukkan ke dalam cangkir, lalu seduh dengan air rebusan obat.

Berapa lama pengobatan?
     Jamu yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak lambat tetapi bersifat konstruktif. Oleh karena itu, obat dari tanaman tidak dianjurkan pemakaiannya untuk penyakit-penyakit infeksi yang sifatnya mendadak.
     
     Dengan beredarnya jamu yang dicampur dengan bahan kimia obat yang berbahaya bagi kesehatan itu memicu kita agar lebih mewaspadai atau berhati-hati terhadap pemilihan jamu yang akan dikonsumsi untuk mengutamakan pemeliharaan kesehatan. Jamu aman, tubuh kita pun aman!



Referensi:
Rahimsyah, MB, Atik Sri Hartatik. 2006. Aneka Resep Obat Kuno Yang Mujarab. Surabaya: Penerbit Karya Gemilang Utama.
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-activity/dies-natalis-2013/624-bursa-tanaman-obat-2013
http://health.kompas.com/